Sumber :
https://www.facebook.com/share/p/1Yg52qYNZzJDnL3V/
Peristiwa pelepasan jilbab anggota pengibar bendera pusaka tahun ini bukan sekadar peristiwa biasa. Ini adalah luka yang dalam dan menganga di hati umat Islam, catatan kelam yang tak akan mudah terhapus dari ingatan, serta pengkhianatan terhadap perjuangan panjang yang dirintis dengan darah dan air mata oleh kaum Muslimin negeri ini, yang sejak berabad-abad lalu berjuang memerdekakan bangsa.
Dulu secara eksplisit dikatakan oleh mereka "Agama adalah musuh ideologi negara..."
Sekarang mereka katakan "Demi keseragaman."
Demikian alasan yang diucapkan tanpa empati oleh para pengambil keputusan ini, seolah-olah keyakinan hanya sekadar atribut yang bisa dipinggirkan dan diabaikan begitu saja.
Puluhan tahun silam, para pahlawan kita tidak hanya melawan penjajah dengan senjata, tetapi dengan nilai-nilai luhur yang mereka yakini.
Darah para pahlawan tumpah di tanah air ini, bukan hanya untuk kebebasan fisik, tetapi juga untuk kebebasan keyakinan, sebuah hak yang mereka anggap tak ternilai.
Dalam konstitusi, para pendiri negara ini menggariskan..
"Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.."
Namun, siapa sangka, di negeri yang mereka bebaskan, anak cucu mereka kini dipaksa memilih antara melaksanakan ajaran agama atau tampil dengan keseragaman.
Bukankah Bhinneka tunggal ika sering diartikan berbeda-beda tapi satu jua?
Pelepasan jilbab ini bukan sekadar insiden; ini adalah simbol dari sesuatu yang lebih besar. Posisi kaum Muslimin yang mayoritas ternyata tak menjamin kekuatan dan kewibawaan mereka di negeri ini. Di balik gegap gempitanya perayaan kemerdekaan, masih ada oknum-oknum yang berkeliaran, mengatur makar untuk menginjak-injak kehormatan kaum Muslimin.
Realita pahit yang tak boleh dibiarkan begitu saja tanpa adanya upaya perbaikan yang serius.
No comments:
Post a Comment